Beranda | Artikel
Kisah Pemuda Penghuni Gua (Ashabul Kahfi) Part 3
Rabu, 12 Oktober 2022

Kami awali tulisan kisah Ashabul Kahfi part 3 ini dengan ayat yang mulia,

 نَّحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ نَبَأَهُم بِٱلۡحَقِّۚ إِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ ءَامَنُواْ بِرَبِّهِمۡ وَزِدۡنَٰهُمۡ هُدٗى 

Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) kisah Ashabul Kahfi dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka. (QS. Al-Kahfi: 13)

Pemuda – pemuda itu sangat mulia. Karena Allah sendiri megabarkan, bahwa mereka adalah pemuda – pemuda yang beriman. Bila Tuhan yang menyampaikan, mereka adalah orang – orang beriman, sudah pasti iman mereka tulus dan kuat. Sehingga kisah hidup mereka sangat layak kita pelajari. Pasti banyak hikmah dan pelajaran kehidupan di balik kisah mereka.

Ashabul Kahfi, tujuh pemuda beriman. 

Semboyan ini akan menginspirasi anak – anak muda; yang biasanya  anak muda itu dunianya dekat dengan dunia glamor, kenakalan remaja dan perilaku – perilaku yang kurang bermanfaat, untuk juga menjadi anak muda yang beriman. Oleh karenanya sering kali para ulama menukil ayat ini, saat menjelaskan tentang keutamaan masa muda.

Oh ternyata Ashabul Kahfi itu anak-anak muda yang beriman Bro Sis. 

Ini sih keren banget…

Iman mereka jujur kuat banget… 

Sampai pengalaman hidup mereka aja diabadikan di dalam kitab suci Al-Quran.

Nah, pemuda – pemuda keren musti pelajari nih kisah Ashabul Kahfi. Dalemi setiap hikmah di balik ni kisah. Kemudian jadiin filosofi hidup. Semoga kita bisa ketularan mereka ya Bro dan Sis.

Bagian yang di-shoot dari kisah mereka adalah, perjuangan menyelamatkan agama, dari lingkungan yang merusak agama. Kisah indah mereka, berawal dari motif yang mulia ini. Bagian ini menjadi pokok kisah panjang pemuda – pemuda Ashabul Kahfi. 

Dari sini, anak muda milenial mendapatkan inspirasi :

  1. Jadilah anak muda yang sadar agama, sadar lingkungan.

Seperti pemuda ashabul kahfi, mereka pergi meninggalkan tanah airnya, karena sadar terhadap nasib agama mereka. Dan sadar bahwa lingkungannya akan membahayakan agama mereka.

Karenanya yang namanya iman itu naik turun. Lingkungan sangat berpengaruh pada pasang surutnya iman.

Caranya dengan menanyakan kepada diri :

  • kapan iman anda naik?
  • kapan iman anda turun?
  • Saat berada di mana iman anda naik?
  • dan saat berada dimana iman anda turun? 

Jawablah dengan jujur. Lalu pegang erat – erat jawaban anda. Itu akan menjadi panduan anda dalam merawat iman.

Ooh, imanku naik kalau pas hadir di kajian, ketemu sama temen-temen kajian. Ya udah nih pegang itu moment, jangan sampai lepas. Jadiin priortas dalam kegiatan harian Anda. 

Sy kalo udah kumpul ama temen-temen lama, udah deh rasanya kyk jauuh dari agama. Ya udah lepas… tinggalin.

Begitulah seterusnya…

Sahabat Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu pernah berpesan,

من فقه العبد أن يتعاهد إيمانه وما نقص منه، ومن فقه العبد أن يعلم أيزداد هو أم ينقص

“Diantara tanda kematangan pemahaman agama seorang adalah di saat ia selalu memperhatikan kesehatan imannya dan mewaspadai apa – apa yang dapat menjadi sebab berkurangnya imannya. Dan diantara tanda kematangan pemahaman agama seorang seseorang adalah mengetahui kondisi imannya, apakah sedang bertambah atau berkurang.”

  1. Kalau mau jadi orang baik, cari lingkungan yang baik. 

Sama mulai menjaga jarak dengan masa lalu yang gelap. Mulai dari teman – temannya, komunitasnya, lingkungannya.

Karena hampir bisa dikatakan mustahil, anak muda bisa berubah baik sementara dia belum move on dari masa lalu yang kelam.

  1. Pengaruh lingkungan terhadap iman seseorang.

Sekelas Ashabul Kahfi yang imannya sampai Allah yang merekomendasikan saja takut dengan pengaruh lingkungan buruk. Takut kalau mereka kebawa arus, lalu iman mereka rusak. Apalagi kita yang masih lemah ini.

  1. Anak muda lebih mudah menerima kebenaran daripada orangtua.

Imam Ibnu Katsir -rahimahullah- mengungkapkan kesimpulan ini,

فذكر تعالى أنهم فتية -وهم الشباب- وهم أقبل للحق وأهدى للسبيل من الشيوخ، الذين عتوا وانغمسوا في دين الباطل، ولهذا كان أكثرهم المستجبين لله ولرسوله شبابا، وأما المشايخ من قريش فعامتهم بقوا على دينهم ولم يسلم منهم إلا قليل

“Allah ta’ala menyebut bahwa ashabul kahfi adalah anak – anak muda. Anak – anak muda biasnya lebih mudah menerima kebenaran dan mendapat hidayah daripada orang – orang tua yang sudah tenggelam dan terkontaminasi keyakinan yang batil. Oleh karenanya, kebanyakan orang yang menerima dakwah Rasulullah -shalllallahu’alaihi wa sallam- adalah anak – anak muda. Adapun orang – orang tua dari suku Quraisy, kebanyakan tetap memegang keyakinan mereka, tak ada yang masuk Islam kecuali hanya sedikit.” (Muhtashor Tafsir Ibnu Katsir – Ahmad Syakir, 1/465)

Semoga Allah menambah iman dan hidayah kepada kita semua.

Sekian….

 

 


 

@ Dusun Sawo, Bantul, 13 Rabiul Awal 1444 H

Penulis : Ahmad Anshori


Artikel asli: https://remajaislam.com/1968-kisah-pemuda-penghuni-gua-ashabul-kahfi-part-3.html